Jumat, 24 Oktober 2014

Pawai Syi'ar 1 muharram 1436 H

Pawai syi'ar yang diikuti oleh 4 jama'ah masjid disekitar RW.01 kelurahan Padasuka yaitu Masjid Al-Abror, Masjid Al-Mukaromah, Masjid Nurul Islam dan Masjid Al-Huda yang menyertakan kurang lebih 600 orang peserta dengan rute dari Masjid Al-Abror mengitari wilayah kelurahan Padasuka, Cimahi dengan melibatkan anak-anak, santriwan dan santriwati, remaja dan orang tua.
Kegiatan ini merupakan syi'ar agama islam untuk meningkatkan silaturahim dan ukhuwah sesama umat muslim serta supaya masyarakat tidak hanya memperingati tahun baru masehi saja juga membiasakan menyambut tahun baru hijriyah.
Antusiasme warga terlihat dengan banyaknya peserta pawai syi'ar ada yang membawa obor ada juga yg membawa alat penerangan senter, ini juga terlihat pada rute yang dilewati ketika mereka keluar rumah dan ikut bergembira ada yang mengumandangkan sholawat nabi mengikuti peserta pawai yang tidak hentinya bersholawat, dan ada juga yang baru menyadari bahwa malam ini adalah 1 muharram 1436 H.
Disinilah pentingnya syi'ar islam dan menjadikan kalender islam sebagai alat untuk memperhitungkan kegiatan-kegiatan kita dalam usaha menampakan syi'ar-syi'ar islam.

Kamis, 16 Oktober 2014

Fiqih : 5 Hal yang menyebabkan mandi wajib


fiqih, mandi wajib
Segala puji bagi Allah, pujian yang terbaik
untuk-Nya. Shalawat dan salam kepada Nabi
kita Muhammad saw, keluarga dan sahabatnya.
Saat ini kami akan menjelaskan beberapa hal
yang berkenaan dengan mandi ( al ghuslu).
Insya Allah, Pada
kesempatan kali ini kita akan mengkaji
beberapa hal yang mewajibkan seseorang
untuk mandi ( al ghuslu).
Yang dimaksud dengan al ghuslu secara
bahasa adalah mengalirkan air pada sesuatu.
Sedangkan yang dimaksud dengan al ghuslu
secara syari’at adalah menuangkan air ke
seluruh badan dengan tata cara yang khusus.
Ibnu Malik mengatakan bahwa al ghuslu
(dengan ghoin-nya didhommah) bisa
dimaksudkan untuk perbuatan mandi dan air
yang digunakan untuk mandi. [1]
Beberapa hal yang mewajibkan untuk mandi ( al
ghuslu):
Pertama: Keluarnya mani dengan syahwat.
Sebagaimana dijelaskan oleh ulama Syafi’iyah,
mani bisa dibedakan dari madzi dan wadi [2]
dengan melihat ciri-ciri mani yaitu: [1] baunya
khas seperti bau adonan roti ketika basah dan
seperti bau telur ketika kering, [2] birnya
memancar, [3] keluarnya terasa nikmat dan
mengakibatkan futur (lemas). Jika salah satu
syarat sudah terpenuhi, maka cairan tersebut
disebut mani. Wanita sama halnya dengan
laki-laki dalam hal ini. Namun untuk wanita
tidak disyaratkan air mani tersebut memancar
sebagaimana disebutkan oleh An Nawawi
dalam Syarh Muslim dan diikuti oleh Ibnu
Sholah. [3]
Dalill bahwa keluarnya mani mewajibkan untuk
mandi adalah firman Allah Ta’ala ,
ﻭَﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺟُﻨُﺒًﺎ ﻓَﺎﻃَّﻬَّﺮُﻭﺍ
“Dan jika kamu junub maka mandilah .” (QS. Al
Maidah: 6)
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﻘْﺮَﺑُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺳُﻜَﺎﺭَﻯ
ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﺍ ﻣَﺎ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻭَﻟَﺎ ﺟُﻨُﺒًﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻋَﺎﺑِﺮِﻱ ﺳَﺒِﻴﻞٍ
ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻐْﺘَﺴِﻠُﻮﺍ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang
kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid)
sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali
sekedar berlalu saja, hingga kamu
mandi. ” (QS. An Nisa’: 43)
Dalil lainnya dapat kita temukan dalam hadits
Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu , Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ
“Sesungguhnya (mandi) dengan air disebabkan
karena keluarnya air (mani) .” (HR. Muslim no.
343)
Menurut jumhur (mayoritas) ulama, yang
menyebabkan seseorang mandi wajib adalah
karena keluarnya mani dengan memancar dan
terasa nikmat ketika mani itu keluar . Jadi, jika
mani tersebut keluar tanpa syahwat seperti
ketika sakit atau kedinginan, maka tidak ada
kewajiban untuk mandi. Berbeda halnya dengan
ulama Syafi’iyah yang menganggap bahwa jika
mani tersebut keluar memancar dengan terasa
nikmat atau pun tidak , maka tetap
menyebabkan mandi wajib. Namun pendapat
yang lebih kuat adalah pendapat jumhur
(mayoritas) ulama. [4]
Lalu bagaimana dengan orang yang mimpi
basah?
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan,
“Terdapat ijma’ (kesepakatan) ulama mengenai
wajibnya mandi ketika ihtilam (mimpi),
sedangkan yang menyelisihi hal ini hanyalah An
Nakho’i. Akan tetapi yang menyebabkan mandi
wajib di sini ialah jika orang yang bermimpi
mendapatkan sesuatu yang basah.” [5]
Dalil mengenai hal ini adalah hadits dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ,
ﺳُﺌِﻞَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻋَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ
ﻳَﺠِﺪُ ﺍﻟْﺒَﻠَﻞَ ﻭَﻻَ ﻳَﺬْﻛُﺮُ ﺍﺣْﺘِﻼَﻣًﺎ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﻳَﻐْﺘَﺴِﻞُ ‏» . ﻭَﻋَﻦِ
ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻳَﺮَﻯ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺪِ ﺍﺣْﺘَﻠَﻢَ ﻭَﻻَ ﻳَﺠِﺪُ ﺍﻟْﺒَﻠَﻞَ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﻻَ
ﻏُﺴْﻞَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ‏». ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﺃُﻡُّ ﺳُﻠَﻴْﻢٍ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓُ ﺗَﺮَﻯ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ
ﻏُﺴْﻞٌ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﻧَﻌَﻢْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀُ ﺷَﻘَﺎﺋِﻖُ ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝِ ‏».
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah
ditanya tentang seorang laki-laki yang
mendapatkan dirinya basah sementara dia
tidak ingat telah mimpi, beliau menjawab, “Dia
wajib mandi”. Dan beliau juga ditanya tentang
seorang laki-laki yang bermimpi tetapi tidak
mendapatkan dirinya basah, beliau menjawab:
“Dia tidak wajib mandi”. ” (HR. Abu Daud no.
236, At Tirmidzi no. 113, Ahmad 6/256. Dalam
hadits ini semua perowinya shahih kecuali
Abdullah Al Umari yang mendapat kritikan [6] .
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan)
Juga terdapat dalil dalam hadits Ummu
Salamah radhiyallahu ‘anha , ia berkata,
ﺟَﺎﺀَﺕْ ﺃُﻡُّ ﺳُﻠَﻴْﻢٍ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓُ ﺃَﺑِﻰ ﻃَﻠْﺤَﺔَ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ –
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ، ﺇِﻥَّ
ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻻَ ﻳَﺴْﺘَﺤْﻴِﻰ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ، ﻫَﻞْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓِ ﻣِﻦْ ﻏُﺴْﻞٍ
ﺇِﺫَﺍ ﻫِﻰَ ﺍﺣْﺘَﻠَﻤَﺖْ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ – ‏« ﻧَﻌَﻢْ ﺇِﺫَﺍ ﺭَﺃَﺕِ ﺍﻟْﻤَﺎﺀَ »
“Ummu Sulaim (istri dari Abu Tholhah) datang
menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Allah tidak malu terhadap
kebenaran. Apakah bagi wanita wajib mandi
jika ia bermimpi?” Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab: “Ya, jika dia melihat
air. ” (HR. Bukhari no. 282 dan Muslim no. 313)
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan,
“Hadits-hadits di atas adalah sanggahan bagi
yang berpendapat bahwa mandi wajib itu baru
ada jika seseorang yang mimpi tersebut
merasakan mani tersebut keluar (dengan
syahwat) dan yakin akan hal itu.” [7]
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin
rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas
berkata, “Pada saat itu diwajibkan mandi
ketika melihat air (mani), dan tidak disyaratkan
lebih dari itu. Hal ini menunjukkan bahwa
mandi itu wajib jika seseorang bangun lalu
mendapati air (mani), baik ia merasakannya
ketika keluar atau ia tidak merasakannya sama
sekali. Begitu pula ia tetap wajib mandi baik ia
merasakan mimpi atau tidak karena orang
yang tidur boleh jadi lupa (apa yang terjadi
ketika ia tidur). Yang dimaksud dengan air di
sini adalah mani.” [8]
Kedua: Bertemunya dua kemaluan walaupun
tidak keluar mani.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﺟَﻠَﺲَ ﺑَﻴْﻦَ ﺷُﻌَﺒِﻬَﺎ ﺍﻷَﺭْﺑَﻊِ ﺛُﻢَّ ﺟَﻬَﺪَﻫَﺎ ، ﻓَﻘَﺪْ ﻭَﺟَﺐَ
ﺍﻟْﻐَﺴْﻞُ
“Jika seseorang duduk di antara empat
anggota badan istrinya (maksudnya:
menyetubuhi istrinya , pen), lalu bersungguh-
sungguh kepadanya, maka wajib baginya
mandi. ” (HR. Bukhari no. 291 dan Muslim no.
348)
Di dalam riwayat Muslim terdapat tambahan,
ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳُﻨْﺰِﻝْ
“Walaupun tidak keluar mani.”
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha , ia berkata,
ﺇِﻥَّ ﺭَﺟُﻼً ﺳَﺄَﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﻋَﻦِ
ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻳُﺠَﺎﻣِﻊُ ﺃَﻫْﻠَﻪُ ﺛُﻢَّ ﻳُﻜْﺴِﻞُ ﻫَﻞْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻤَﺎ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞُ
ﻭَﻋَﺎﺋِﺸَﺔُ ﺟَﺎﻟِﺴَﺔٌ. ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ - ‏« ﺇِﻧِّﻰ ﻷَﻓْﻌَﻞُ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﻧَﺎ ﻭَﻫَﺬِﻩِ ﺛُﻢَّ ﻧَﻐْﺘَﺴِﻞُ ‏».
“Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang seorang
laki-laki yang menyetubuhi istrinya namun
tidak sampai keluar air mani. Apakah keduanya
wajib mandi? Sedangkan Aisyah ketika itu
sedang duduk di samping, maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku
sendiri pernah bersetubuh dengan wanita ini
(yang dimaksud adalah Aisyah, pen) namun
tidak keluar mani, kemudian kami pun
mandi. ” (HR. Muslim no. 350)
Imam Asy Syafi’i rahimahullah menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan “junub” dalam
bahasa Arab dimutlakkan secara hakikat pada
jima’ (hubungan badan) walaupun tidak keluar
mani. Jika kita katakan bahwa si suami junub
karena berhubungan badan dengan istrinya,
maka walaupun itu tidak keluar mani dianggap
sebagai junub. Demikian nukilan dari Ibnu
Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari. [9]
Ketika menjelaskan hadits Abu Hurairah di
atas, An Nawawi rahimahullah mengatakan,
“Makna hadits tersebut adalah wajibnya mandi
tidak hanya dibatasi dengan keluarnya mani.
Akan tetapi, -maaf- jika ujung kemaluan si pria
telah berada dalam kemaluan wanita, maka
ketika itu keduanya sudah diwajibkan untuk
mandi. Untuk saat ini, hal ini tidak terdapat
perselisihan pendapat. Yang terjadi perselisihan
pendapat ialah pada beberapa sahabat dan
orang-orang setelahnya. Kemudian setelah itu
terjadi ijma’ (kesepakatan) ulama (bahwa
meskipun tidak keluar mani ketika hubungan
badan tetap wajib mandi) sebagaimana yang
pernah kami sebutkan.” [10]
Ketiga : Ketika berhentinya darah haidh dan
nifas.
Dalil mengenai hal ini adalah hadits ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha , Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata pada Fathimah binti Abi
Hubaisy,
ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃَﻗْﺒَﻠَﺖِ ﺍﻟْﺤَﻴْﻀَﺔُ ﻓَﺪَﻋِﻰ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺃَﺩْﺑَﺮَﺕْ
ﻓَﺎﻏْﺴِﻠِﻰ ﻋَﻨْﻚِ ﺍﻟﺪَّﻡَ ﻭَﺻَﻠِّﻰ
“Apabila kamu datang haidh hendaklah kamu
meninggalkan shalat. Apabila darah haidh
berhenti, hendaklah kamu mandi dan
mendirikan shalat .” (HR. Bukhari no. 320 dan
Muslim no. 333).
Untuk nifas dihukumi sama dengan haidh
berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama.
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan,
“Mengenai wajibnya mandi karena berhentinya
darah haidh tidak ada perselisihan di antara
para ulama. Yang menunjukkan hal ini adalah
dalil Al Qur’an dan hadits mutawatir (melalui
jalur yang amat banyak). Begitu pula terdapat
ijma’ (kesepakatan) ulama mengenai wajibnya
mandi ketika berhenti dari darah nifas.” [11]
Keempat : Ketika orang kafir masuk Islam.
Mengenai wajibnya hal ini terdapat dalam
hadits dari Qois bin ‘Ashim radhiyallahu ‘anhu ,
ﺃَﻧَّﻪُ ﺃَﺳْﻠَﻢَ ﻓَﺄَﻣَﺮَﻩُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻥْ
ﻳَﻐْﺘَﺴِﻞَ ﺑِﻤَﺎﺀٍ ﻭَﺳِﺪْﺭٍ
“Beliau masuk Islam, lantas Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk
mandi dengan air dan daun sidr (daun
bidara) .” (HR. An Nasai no. 188, At Tirmidzi
no. 605, Ahmad 5/61. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Perintah yang berlaku untuk Qois di sini
berlaku pula untuk yang lainnya. Dalam kaedah
ushul, hukum asal perintah adalah wajib. [12]
Ulama yang mewajibkan mandi ketika
seseorang masuk Islam adalah Imam Ahmad
bin Hambal dan pengikutnya dari ulama
Hanabilah [13] , Imam Malik, Ibnu Hazm, Ibnull
Mundzir dan Al Khottobi[14] .
Kelima : Karena kematian.
Yang dimaksudkan wajib mandi di sini
ditujukan pada orang yang hidup, maksudnya
orang yang hidup wajib memandikan orang
yang mati. Jumhur (mayoritas) ulama
menyatakan bahwa memandikan orang mati di
sini hukumnya fardhu kifayah, artinya jika
sebagian orang sudah melakukannya, maka
yang lain gugur kewajibannya. [15] Penjelasan
lebih lengkap mengenai memandikan mayit
dijelaskan oleh para ulama secara panjang
lebar dalam Kitabul Jana’iz , yang berkaitan
dengan jenazah.
Dalill mengenai wajibnya memandikan si mayit
di antaranya adalah perintah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada Ummu ‘Athiyah dan
kepada para wanita yang melayat untuk
memandikan anaknya,
ﺍﻏْﺴِﻠْﻨَﻬَﺎ ﺛَﻼَﺛًﺎ ﺃَﻭْ ﺧَﻤْﺴًﺎ ﺃَﻭْ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣَﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﺇِﻥْ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻦَّ
ﺫَﻟِﻚَ ﺑِﻤَﺎﺀٍ ﻭَﺳِﺪْﺭٍ
“Mandikanlah dengan mengguyurkan air yang
dicampur dengan daun bidara tiga kali, lima
kali atau lebih dari itu jika kalian anggap perlu
dan jadikanlah yang terakhirnya dengan kafur
barus (wewangian). ” (HR. Bukhari no. 1253
dan Muslim no. 939).
Berdasarkan kaedah ushul, hukum asal
perintah adalah wajib. Sedangkan tentang
masalah ini tidak ada dalil yang
memalingkannya ke hukum sunnah
(dianjurkan). Kaum muslimin pun telah
mengamalkan hal ini dari zaman dulu sampai
saat ini.
Yang wajib dimandikan di sini adalah setiap
muslim yang mati, baik laki-laki atau
perempuan, anak kecil atau dewasa, orang
merdeka atau budak, kecuali jika orang yang
mati tersebut adalah orang yang mati di medan
perang ketika berperang dengan orang kafir.
[16]
Lalu bagaimana dengan bayi karena
keguguran, wajibkah dimandikan?
Jawabannya, dapat kita lihat dari penjelasan
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin
rahimahullah. Beliau berkata, “Jika bayi karena
keguguran tersebut sudah memiliki ruh, maka
ia dimandikan, dikafani dan disholati. Namun
jika ia belum memiliki ruh, maka tidak
dilakukan demikian. Waktu ditiupkannya ruh
adalah jika kandungannya telah mencapai
empat bulan , sebagaimana hal ini terdapat
dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu
‘anhu ….” [17]
Sumber :
Fiqih sunnah
Muslim.or.id

Minggu, 03 Agustus 2014

INSPIRASI PUASA

INSPIRASI PUASA DAN SEMANGAT BELAJAR DARI BAKTERI
Oleh: Dr. H.Hanny Ronosulistyo, dr.SpOG(K), MM

Penemuan fosil bakteri di Australia yang berusia 3,5 miliar tahun telah mengungkapkan kepada kita bagaimana daya tahan dan kemampuan bertahan hidup yang sangat tinggi dari sebuah microorganisme yang tidak kasat mata. Kapabilitas super hebat ini tentunya di bekali oleh keahlian dan kercedasan intelejensia super yang ada di dalam tubuh mereka.

KEMAMPUAN ADAPTASI SUPER FLEKSIBEL
Hasil studi tahun 2013 oleh Michael Y. Pavlov dan mans Ehrenberg dari Uppsala Universitet, Swedia, mengungkapkan bakteri punya kemampuan adaptasi yang tinggi dan cepat dengan perubahan lingkungan di sekitarnya. Studi ini menyebutkan, bakteri mempunyai kemampuan untuk kadar enzim protein di tubuhnya dengan kondisi nutrisi di sekitarnya dengan cepat. Oleh karena itu tidaklah aneh bila kita akan menemukan ada bakteri yang mampu hidup dilingkungan yang bersuhu panas seperti kawah gunung atau kutub terdingin sekalipun. Hasil studi tahun 2014 oleh tim peneliti dari Monash University, AS, menemukan perilaku bakteri mengubah struktur DNA diri mereka sendiri untuk menghindari kematian karena dehidrasi ketika menghadapi perubahan lingkungan yang ekstrim.

KEMAMPUAN DESAIN ULANG DNA SECARA MANDIRI
Bahkan mereka mampu untuk “menghindar” dari deteksi sistem imun tubuh dengan cara mengubah struktur protein dalam tubuhnya sendiri. Ketika seseorang terkena infeksi, protein tertentu yang dinamakan antigen biasanya mengeluarkan sinyal peringatan kepada sistem imun tubuh untuk segera menghancurkan infeksi tersebut
Hasil penelitian tahun 2014 oleh Daniel A. Fox dari University Of Virginia, AS. Penelitian ini menyebutkan bakteri Neisseria meningitidis penyebab penyakit meningitis dan sepupunya, Neisseria gonorrhoeae, penyebab penyakit gonorrheae, diketahui mampu menghindari deteksi antigen dalam sistem imun tubuh kita. Bahkan salah satu varian dari bakteri neisseria gonorrheae sudah mencapai status “Superbugs” tahan terhadap obat

KEMAMPUAN BERTAHAN DARI ANTIBIOTK
Tahun 2013  tim peneliti dari Hebrew University yang di pimpin oleh Gadi Glaser dan  Nathalie Balaban, menyingkap bukti mekanisme beberapa jenis bakteri yang tahan banting (persistent bacteria) dari serangan anti biotik. Ketika antibiotik di berikan kepada bakteri – bakteri ini , tubuh mereka mengeluarkan Toxin HipA yang di interpretasikan sebagai “sinyal fase kelaparan” , sinyal tersebut memicu bakteri untuk melakukan semacam hibernasi atau mati suri. Kondisi berpuasa ini terus berlangsung hingga pengobatan antibiotik berangsur hilang, setelah itu mereka pun bangkit kembali untuk melanjutkan aktivitasnya.
Penemuan mengejutkan lainnya terjadi pula dalam penelitian Kristoffer S. Winther dari Aarhus University, Denmark, Tahun 2013, yang menyebutkan ketika pengobatan antibiotik diberikan  kepada bakteri Mycobacterium Tuberculosis penyebab penyakit TBC,mereka merespon dengan menghasilkan toxin VapC20 yang selintas seperti aksi bunuh diri. Toxin ini menyebabkan rusaknya pabrik protein Ribosom dalam tubuh mereka sehingga antibiotik tidak mampu menyerang bakteri ini karena  kondisi ribosom yang sudah rusak. Segera setelah antibiotik hilang, bakteri ini pun dengan pintar memproduksi kembali Ribosomnya untuk kembali beraktivitas.

FITUR JAM BIOLOGIS DALAM TUBUH BAKTERI
Bagaimana bisa bakteri mengatur waktu siklus hidupnya dalam bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan ekstrim mereka? Jawabannya ada pada jam biologis dalam tubuh mereka.
Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam penelitian pada tahun 2014 oleh Ofer Fridman dari Hebrew University of jerusalem, bahwa bakteri bakteri mampu berevolusi dalam sehari bahkan hitungan jam ketika dihadapkan pada serangan anti biotik. Saat antibiotik diberikan setiap 3, 5 dan 8 jam, pada masing masing populasi bakteri, irama evolusi mereka pun mengikuti periode pemberian antibiotik tersebut.

MARI BELAJAR DARI BAKTERI
PERTAMA, Bahwa penyakit baru akan selalu ada setiap waktu si setiap jamannya, sehingga penting untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan sebagaimana yang sabda rasulullah saw bahwa bersuci itu sebagian dari iman;
KEDUA, Dapatlah di mengerti mengapa usia manusia semakin menyusut dari 900 tahun hingga rata rata hidup 60 tahun, oleh karena itu kita sebagai umat akhir zaman harus bisa menjadi insan yang bisa berprestasi setaraf dengan insan yang hidup beribadah 900 tahun;
KETIGA, Salah satu kunci penting keberhasilan bakteri adalah “BERPUASA” , yang dengan puasa tersebut, mereka bisa bersabar untuk menjaga keberlangsungan hidupnya, inilah bukti mikro manfaat berpuasa bagi tubuh;
KEEMPAT, Kunci sukses lainnya dari bakteri adalah “BELAJAR” , yang dengan selalu belajar tersebut, mereka selalu suskses beradaptasi dengan berbagai macam kondisi lingkungan. Inspirasi untuk terus belajar hingga keliang kubur.

AJAKAN ALLAH SWT UNTUK KITA BERFIKIR
“..Sesungguhnyha pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda tanda bagi kaum yang berfikir.” [QS. Ar-ruum 21]
Akal atau “al-aqlu” disebutkan sebanyak 49 kali dalam al-Qur’an. Yang semuanya dalam bentuk kata kerja (fi’il). Alat berfikir didalam al-Qur’an juga di sebut al-Qalb,al-Fu’ad,an-Nuha,al-Hijr,al-Hilm dan al-Lubb yang semuanya berarti akal fikiran.
Sedangkan kata Ulul Albab di ulang 10 kali, kata Ulin Nuha 2 kali. Dalam Khasanah kebahasaan, pengulangan bisa diartikan sebagai tingkatan akan pentingnya makna dari kata yang di ulang tersebut. Artinya, Semakin banyak kata diulang, semakin penting nilai dan makna dari kata tersebut.

FAKTA SEPUTAR BAKTERI
-Pada tahun 2012, dalam sebuah proyek penelitian Belly Button Biodiversity (BBB), Ditemukan setidaknya 1.458 spesies baru bakteri yang hidup di lubang pusar perut manusia. Bahkan satu spesies bakteri di pusar manusia diketahui di temukan juga pada lapisan tanah di daerah jepang.
Ekologi keragaman bakteri di pusar manusia berbeda beda di setiap orangnya.

            -Sedikitnya terdapat 600 jenis bakteri di mulut, 50 persennya berada di lidah, dan setiap 1 mililiter air liur kita mengandung 1 juta bakteri. Mengkonsumsi cokelat diketahui mengandung anti bakteri yang berguna bagi kesehatan mulut
-Beberapa bakteri diketahui menguntungkan kesehatan manusia, di anataranya Lactobacilllus casei yang ada dalam sistem pencernaan manusia juga telah di pabrikasi dalam minuman probiotik seperti yakult. Selain itu ada juga  Lactobacillus acidophilus dan Tobacillus acidophilus bakteri yang penting dalam produk olahan susu seperti keju dan yoghurt.

SEHAT QUR’ANI
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain allah, yang tercekik,yang terpukul,yang jatuh,yang di tanduk, dan di terkam binatang buas,kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang di sembelih untuk berhala...” [QS Al – maa’idah 3]
“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” [QS An-nahl 69]
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin allah subhanahu wa ta’ala.” [HR muslim]
“Janganlah kalian makan dengan tangan kiri, karena syaitan makan dengan tangan kiri.” [HR muslim]
“Jika salah seorang dari kalian hendak minum,maka jangan meniup kedalam bejana.” [HR bukhari dan muslim]
“Dan janganlah kalian minum dari gelas emas atau perak, dan jangan makan menggunakannya. Bahwa itu untuk mereka (non muslim) di dunia dan untuk kita di akhirat.” [HR bukhari dan muslim]

“Andaikan tidak memberatkan umatku, niscaya akan aku perintah mereka untuk bersiwak pada setiap kali berwudhu,” [HR ahmad]ban, menyingkap bukti mekanism

Minggu, 27 Juli 2014

Sholat Idul Fitri 1435H dilapangan Masjid Al-Abror

Berbahagialah kita karena hingga saat ini kita dimudahkan oleh Allah untuk bersujud, rukuk, dihadapan Allah. Janganlah karena perilaku kita yang menetang Allah menjadikan Allah semakin murka kepada kita. Janganlah karena kesombongan dan kebodohan kita menjadi sebab terhalangnya kita dari jalan surga dan menghalangi kita mendekati Allah swt. Maka bersyukur kepada Allah atas segala karunia ini. Karunia iman dan islam. Apalah artinya kesenangan sesaat di dunia tapi membawa penyesalan berkepanjangan di akherat kelak.

Apakah selepas ramadhan semakin dekat dengan Islam ataukah justru semakin jauh ?? hanya diri kita sendiri yang nanti akan membuktikan.
Oleh karena itu, ada tiga pesan dan kesan Ramadhan yang sudah semestinya kita pegang teguh bersama susudah Ramadhan yang mulia ini. 

Pesan pertama Ramadhan adalah Pesan moral atau Tahdzibun Nafsi

Artinya, kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu sebagai musuh yang tidak pernah berdamai. Rasulullah SAW bersabda: Jihad yang paling besar adalah jihad melawan diri sendiri. Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah diterangkan bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan. Yakni naluri marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat. Dari ketiga naluri ini, yang paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan adsalah naluri Syahwat.

Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan. Pertama, sifat kebinatangan (
بَهِيْمَةْ); tanda-tandanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia.

Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau bangsa niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan social (keadaan masyarakat) yang sangat mengkhawatirkan. Dimana keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan rupiah, undang-undang bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana yang hibah mana yang suap, penguasa lupa akan tanggungjawabnya, rakyat tidak sadar akan kewajibannya, seluruh tempat akan dipenuhi oleh keburukan dan kebaikan menjadi sesuatu yang terasing, ketaatan akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya dan seterusnya.

Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah (
رُبُوْبِيَّةْ); ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang yang dapat mengoptimalkan dengan baik sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan menjadi insan muttaqin, insan pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu, memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana firman Allah:

وَاْلكَاظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَاْلعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ

"…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)

Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia

Pesan kedua adalah pesan social

Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah. Indah disini justru terlihat pada detik-detik akhir Ramadhan dan gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan zakat fithrah kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat yang berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin tampak bagaimana tali silaturrahmi serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi. Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi dan tali kasih sayang yang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir, baik di hati maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan kesadaran untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan, sejalan hatinya sebab كُلُّكُمْ عِيَالُ اللهِ , kalian semua adalah ummat Allah. 

Dalam kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu beban hidupnya sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah SWT; sebagaimana yang terkandung dalam hadis Qurthubi:

اِنّىِ رَأَيْتُ اْلبَارِحَةَ عَجَاً رَأَيْتُ مِنْ اُمَّتِى يَتَّقِى وَهَجَ النَّارَ وَشِرَرَهَا بِيَدِهِ عَنْ وَجْهِهِ فَجَائَتْ صَدَقَتُهُ فَصَارَتْ سِتْرًا مِنَ النَّارِ

Artinya: "Aku semalam bermimpi melihat kejadian yang menakjubkan. Aku melihat sebagian dari ummatku sedang melindungi wajahnya dari sengatan nyala api neraka. Kemudian datanglah shadaqah-nya menjadi pelindung dirinya dari api neraka."



Pesan ketiga adalah pesan jihad

Jihad yang dimaksud di sini, bukan jihad dalam pengertiannya yang sempit; yakni berperang di jalan Allah akan tetapi jihad dalam pengertiannya yang utuh, yaitu: 

بَذْلُ مَاعِنْدَهُ وَمَا فِى وُسْعِهِ لِنَيْلِ مَا عِنْدَ رَبِّهِ مِنْ جَزِيْلِ ثَوَابِ وَالنَّجَاةِ مِنْ اَلِيْمِ عِقَابِهِ

"Mengecilkan arti segala sesuatu yang dimilikinya demi mendapatkan keridhaannya, mendapatkan pahala serta keselamatan dari Siksa-Nya."

Pengertian jihad ini lebih komprehensif, karena yang dituju adalah mengorbankan segala yang kita miliki, baik tenaga, harta benda, atapun jiwa kita untuk mencapai keridhaan dari Allah; terutama jihad melawan diri kita sendiri yang disebut sebagai Jihadul Akbar, jihad yang paling besar. Dengan demikian, jihad akan terus hidup di dalam jiwa ummat Islam baik dalam kondisi peperangan maupun dalam kondisi damai. Jihad tetap dijalankan.

Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan bukanlah jihad mengangkat senjata. Akan tetapi jihad mengendalikan diri dan mendorong terciptanya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera serta bersendikan atas nilai-nilai agama dan ketaatan kepada Allah. 

Mengingat adanya aliran Islam yang mengkampanyekan jihad dengan senjata di negara damai Indonesia ini, maka perlu untuk ditekankan lebih dalam bahwa jihad seharusnya dilandasi niat yang baik dan dipimpin oleh kepala pemerintahan
, bukan oleh kelompok atau aliran tertentu. Jangan sampai mengatasnamakan kesucian agama, akan tetapi tidak bisa memberikan garansi bagi kemaslahatan umat Islam. Islam haruslah didesain dan bergerak pada kemaslahatan masyarakat demi mencapai keridhaan Allah dan kemajuan ummat. Pengalaman pahit salah mengartikan jihad menjadikan Islam dipandang sebagai agama teroris. Padahal Islam sebenarnya adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin), agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kedamaian.

Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan adalah upaya mendukung terbangunnya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sehatera yang bersendikan pada ketaatan kepada Allah. Jihad untuk mengendalikan hawa nafsu dari seluruh hal yang dapat
merugikan diri kita sendiri, terlebih lagi merugikan orang lain. 



رُوِىَ اَنَّ بَعْضَ الصَّحَابَةِ قَالُوْا يَا نَبِيَّ اللهِ لَوَدَدْنَا اَنْ نَعْلَمَ اَيَّ التِّجَارَةِ اَحَبُّ اِلَى اللهِ فَنَتَجَرُّ فِيْهَا فَنُزِلَتْ (يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلىَ تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ. تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِى جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ اْلفَوْزُ اْلعَظِيْمُ)

"Diriwayatkan bahwa sebagian sahabat mendatangi Rasulullah. Ketika berjumpa, salah seorang dari mereka berkata: "Wahai Nabi Allah, kami ingin sekali mengetahui bisnis apa yang paling dicintai oleh Allah agar kami bisa menjadikannya sebagai bisnis kami". Kemudian diturunkan ayat:

يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلىَ تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ. تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِى جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ اْلفَوْزُ اْلعَظِيْمُ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar." (QS Ash-Shaff:10-12)

Dalam konteks sosial masyarakat kita saat ini, dimana masih banyak sektor sosial yang perlu pembenahan lebih lanjut. Maka makna jihad harus mengacu pada pengentasan masalah-masalah sosial. Oleh sebab itu, sudah selayaknya pada momentum lebaran saat ini, bukan hanya pakaian yang baru akan tetapi gagasan-gagasan baru juga harus dikedepankan untuk mengentaskan masalah-masalah sosial yang selama ini membelenggu kemajuan umat Islam Indonesia pada khususnya dan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.





Demikianlah tiga pesan yang disampaikan oleh Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama memikul tanggung jawab untuk merealisasikan ketiga pesan ini ke dalam bingkai kehidupan nyata. Marilah kita bersama-sama mengendalikan hawa nafsu kita sendiri, untuk tidak terpancing pada hal-hal yang terlarang dan merugikan orang lain; menjalin hubungan silaturrahim serta kerjasama sesama muslim tanpa membeda-bedakan status sosial, serta menyandang semangat jihad untuk membangun sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera.

Rabu, 23 Juli 2014

Buka bersama sambil berbagi di masjid al-abror

Acara buka bersama dimasjid al-abror dalam rangka mempererat silaturahim dengan warga sekitar masjid al-abror  berbagi dengan anak yatim dan warga kurang mampu.

Senin, 14 Oktober 2013

Hari Raya Idul Adha 1434H Dilapangan Masjid Al-Abror Cimahi

Betapa besar karunia Allah Ta’ala kepada kita semua. Betapa tidak terhingga nikmat-Nya untuk kita semua. Ada yang kita sadari, namun lebih banyak yang luput dari kesadaran kita.
Marilah kita renungkan betapa banyak kedurhakaan kita kepada-Nya.
Betapa hari demi hari yang kita jalani tidak pernah luput dari kelalaian untuk mengingat-Nya.
Tapi dengan semua kelalaian itu, Allah Azza wa Jalla tidak pernah lalai dan bosan untuk terus-menerus mencurahkan nikmatNya kepada kita. Semua kedurhakaan kita tidak menghalangi Dia yang Mahaperkasa untuk tetap menyelimuti kita dengan kasih sayangNya.
Dan hari ini, Ia masih mengizinkan kita untuk sekali lagi bersujud kepadaNya, untuk sekali lagi bertakbir dan bertahlil mengagungkan namaNya, dan untuk sekali lagi bertaubat kepadaNya.
Kita tidak pernah tahu, boleh jadi inilah sujud terakhir kita padaNya di dunia ini. Inilah takbir dan tahlil terakhir kita untukNya. Dan inilah taubat kita untuk terakhir kalinya kepadaNya.
Idul Adha akan selalu mengingatkan pada sosok Ibrahim alaihissalam dan keluarganya. Hari ini, di saat jutaan saudara kita kaum muslimin bergegas menyelesaikan prosesi ibadah haji yang agung, di tanah air ini, kita duduk sejenak untuk merenungkan pelajaran-pelajaran yang dititipkan Allah kepada kita melalui kisah monumental Nabi Ibrahim dan keluarganya ‘alaihimussalam.
Allah Ta’ala berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sungguh bagi kalian terdapat teladan yang baik dalam (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya…” (al-Mumtahanah: 4)
Sosok Ibrahim ‘alaihissalam adalah teladan pengorbanan yang tulus. Nabi Ibrahim mengajarkan kepada kita bahwa seorang mukmin harus sepenuhnya hidup untuk sebuah obsesi dan cita-cita yang tinggi. Bahwa obsesi dan cita-cita seorang mukmin tidak akan pernah terhenti hingga ia menjejakkan kakinya di dalam Surga Allah. Obsesi dan cita-cita itulah yang membuatnya rela melakukan pengorbanan demi pengorbanan di kehidupan dunia yang terlalu singkat ini.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengajarkan kepada kita bahwa obsesi dan cita-cita hidup kita sepenuhnya harus selalu diukur dengan keridhaan dan kecintaan Allah Azza wa Jalla. Apa yang diridhai dan dicintai oleh Allah dan RasulNya, maka itulah obsesi dan cita-cita kita. Jika tidak, maka obsesi dan cita-cita itu harus segera kita hapus dan buang jauh-jauh dari kehidupan kita. Karena obsesi dan cita-cita yang tidak diridhai oleh Allah Ta’ala hanya akan membawa kehidupan kita dalam serial malapetaka dan kehancuran yang tidak akan habisnya.
Maka demi obsesi dan cita-cita tertingginya akan Surga, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melintasi gurun sahara yang kering, di bawah cengkraman terik matahari dan pelukan malam-malam yang dingin. Dan ia tidak sendiri dalam perjalanan itu. Istri dan bayi mungilnya ikut serta “menikmati” perjalanan penuh obsesi itu. Obsesi akan Surga Allah.
Bayangkanlah, betapa tidak mudahnya perjalanan itu! Tapi inilah caranya untuk membuktikan kepada Allah Azza wa Jalla bahwa mereka sungguh-sungguh dengan obsesi tentang Surga itu. Dan kita semua tentu mengetahui bahwa pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarga kecilnya itu tidak berhenti sampai di situ.
Pertanyaan pentingnya untuk kita semua adalah:
Sudahkah obsesi dan cita-cita hidup kita sepenuhnya untuk Allah?
Jika jawabannya adalah iya, maka seberapa besar sudah pengorbanan yang kita tunjukkan kepadaNya untuk itu?
Bersyukurlah jika tahun ini kita ikut menyembelih hewan kurban, tapi untuk obsesi sehebat Surga, tentu harus lebih dari itu!
Dalam konteks pengorbanan ini pula, maka kita teringat kepada kisah heroik Keluarga Yasir di awal Islam, saat mereka melewati penyiksaan demi penyiksaan atas komitmen keislaman mereka, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghibur mereka dengan mengatakan:
صَبْرًا يَا آلَ يَاسِرٍ ، فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ
“Bersabarlah, wahai Keluarga Yasir! Karena sesungguhnya janji pertemuan kalian adalah Surga.”[1]
Marilah belajar dari Nabi Ibrahim alaihissalam. Beliau adalah teladan bagi setiap orang tua yang menyayangi anaknya. Beliau mengajarkan kepada kita cara yang benar dalam menyayangi anak kita. Bukan dengan memuaskan segala permintaannya, tapi dengan mendekatkan mereka kepada Allah dengan penuh hikmah dan kelembutan.
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ
“Sesungguhnya Ibrahim itu adalah seorang yang lembut, pengasih dan selalu kembali (kepada Allah).” (Hud: 75)
Inilah sifat dan karakter dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang tua: lemah lembut, pengasih dan yang tidak kalah pentingnya: selalu kembali dan bersandar kepada Allah yang Mahakuat.
Coba renungkan doa yang dipanjatkan Ibrahim karena kecintaannya kepada keluarga dan anak-anaknya:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa: ‘Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan jauhkanlah aku serta keturunanku dari menyembah berhala…” (Ibrahim: 35)
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Wahai Tuhanku, jadikanlah aku sebagai orang yang menegakkan shalat, beserta keturunanku. Duhai Tuhan kami, terimalah doaku…” (Ibrahim: 40)
Demikianlah kekhawatiran dan kegelisahan Ibrahim terhadap keturunannya. Karena itu, seperti Nabi Ibrahim, seharusnya kita selalu khawatir jika anak-anak kita akhirnya tidak lagi menyembah Allah dan menghambakan diri kepada selain Allah. Seharusnya kekhawatiran anak kita tidak shalat dan menjalankan perintah Allah lebih besar daripada saat ia kehilangan karirnya.
Di sinilah Nabi Ibrahim alaihissalam –sekali lagi- mengajarkan kepada kita untuk berani berkorban demi obsesi dan cita-cita akhirat kita.
Kita harus berani mengorbankan obsesi politik kita, jika itu hanya akan menghancurkan masa depan akhirat kita.
Kita harus berani mengorbankan obsesi karir dan jabatan kita, jika itu hanya akan membuat Allah murka kepada kita.
Kita harus berani mengorbankan obsesi nafsu kita, jika itu hanya akan membuat kita menyesal di saat penyesalan tidak akan pernah berguna lagi di Padang Mahsyar.
Semua obsesi keduniaan itu tidak akan membuat kita bahagia, jika pada akhirnya hanya akan menorehkan nama-nama kita dalam barisan makhluk yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla.
Kepada mereka yang mendapatkan amanah untuk memimpin dan mengatur negeri ini, mulai dari level nasional hingga level lokal…Kepada aparatur peradilan dan keamanan…Tunaikanlah amanah mengatur negeri ini dengan penuh rasa takut kepada Allah. Jangan pernah berlaku zhalim sedikit pun, karena itu –kata Rasulullah- akan menjadi kegelapan yang berlapis-lapis pada hari kiamat. Renungkanlah selalu firman Allah Ta’ala ini:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
“Dan jangan pernah sekalipun engkau menyangka Allah akan lalai dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang zhalim. Sungguh Allah hanya mengulur mereka hingga hari di mana pandangan mata mereka terbelalak.” (Ibrahim: 42)
Kepada rekan-rekan generasi muda, jangan pernah terlena dengan tubuh yang masih kuat, mata yang masih tajam, kulit yang mesih kencang dan usia yang belum tua. Semua itu sama sekali bukan jaminan bahwa perjalanan Anda di dunia masih lama. Sebab tua dan muda memiliki kedudukan yang sama di hadapan kematian. Gunakanlah tubuh yang kuat dan usia muda ini untuk bekerja meraih kesuksesan dunia dan akhirat Anda.
Kepada para muslimah yang mulia, kaum wanita adalah pilar utama bangunan suatu masyarakat. Dan kaum wanita hanya bisa menjadi pilar utama itu jika mereka tetap berada dalam fitrah kewanitaan mereka sesuai yang digariskan Allah dan RasulNya. Dan hari ini, Indonesia yang tertatih-tatih ini menanti kehadiran Anda, para wanita sejati, yang membelai dan mendidik anak-anaknya dengan cinta, yang belajar setinggi-tingginya agar dapat menjadi ibu yang cerdas dan bijak bagi anak-anaknya, bukan untuk yang lainnya…
Kepada para penanggung jawab dan pelaksana media informasi, pesan kami hanya satu: tulis dan sampaikan apa saja yang ingin Anda sampaikan, tapi ingatlah bahwa setiap kata dan ucapan itu akan Anda pertanggungjawabkan di hadapan Allah Azza wa Jalla. Tak satu pun kata yang tertulis atau terucapkan yang akan luput dari pengadilan Allah kelak. Karenanya berhati-hatilah dengan pena dan ucapan Anda.
Fhoto Acara Idul Adha dan Proses Penyembelihan Hewan Qurban